Kamis, 10 Maret 2011

KISAH SENJA

~ sebuah cerpenpen (cerita pendek yang pendek) ~


SENJA duduk di beranda. Matanya mengerjap serupa matahari di bibir cakrawala. Ada binar keharuan. Ada rindu kebiru-biruan. Senja merapatkan duduknya di sandaran sofa. Di tangannya terbuka sebuah buku puisi "Romantika Senja". Bibir Senja sedikit tergetar saat baris-baris puitis menyergap hatinya:

"katakan dengan bunga pada insaninsan melupa
sapa dan sapu debu di setiap lubang porinya..."

Di dalam hatinya, Senja bertekad akan selalu mengatakan segalanya dengan bahasa bunga. Indah. Merekahkan makna yang penting sebagai acuan bagi hidup dan kehidupan. Senja membatin, aku akan menyebarkan virus cinta bagi sesama sebagai sebentuk pengabdianku selaku manusia yang memasuki usia senja; telah kusiapkan diriku melakukan serangkaian perjalanan menuju ke keabadian; telah kulipat segala hasrat bercumbu, selain hanya mencium harum kelopak bunga-Nya. Telah kupersiapkan bekal, peta penunjuk arah, kompas, dan ujung jalan. Kusadari lorong perjalanan ini akan menemu banyak jalan simpang, dan rambu-rambu penghalang. Telah kubulatkan tekad dan semangatku untuk berjihad melawan segala yang mendatangkan kemiskinan dan kebatilan. Aku akan menyapa dan menyapu debu yang lekat di setiap pori-pori waktu, begitu Senja menata pikirannya.

Kejora mata Senja kembali berbinar begitu menemu larik-larik  puisi sebagai untaian mutiara:

"hakikat hidup berawal dari lubang
dan kelak kembali ke liang...."

Pikiran Senja lalu menerawang berusaha keras memahami butir-butir mutiara yang berkilau dan teruntai menjadi kata-kata yang membuatnya terpesona "hakikat hidup berawal dari lubang dan kelak kembalike liang". Ya, sesederhanakan itukah hidup? Bukankah urusan hidup itu penuh karut-marut dan keruwetan masalah? Sering datang satu masalah,belum selesai,telah disusul masalah lain yang meminta diselesaikan? Bukankah persoalan kehidupan manusia itu sangat rumit? Terkadang manusia terhimpit oleh berbagai persoalan? Benarkah hakikat hidup itu berawal dari lubang dan pada akhirnya kembali ke liang?

Hem. Ya. Manusia hidup tak terlepas dari lubang atau liang. Terkadang,untuk memenuhi hajat kehidupan orang harus gali lubang dan tutup lubang, meminjang uang sebagai utang dan memperpanjang penderitaan lantaran utang terbayar dengan cara meminjamutang yang baru. Manusia ada dan tercipta, lahir dari sebuah lubang vagina lalu tumbuh bersama lubang-lubang lainnya di dalam tubuhnya. Di dalam diri manusia hakikatnya ada sembilan lubang yang harus dan nyata-nyata dipelihara. Pernahkah kalian menghitung sembilan lubang yang terdapat dan melekat dalam tubuh manusia? Urusan hidup ialah urusan memenuhi lubang-lubang itu: satu lubang pada mulut, dua lubang pada mata, dua lubang pada hidung, dua lubang pada telinga, satu lubang pada kemaluan, satu lubang pada anus.

Senja meraba mulutnya. Oh,  apakah yang selama ini keluar dan masuk dari lubang mulut ini? Jenis makanan apakah yang telah masuk ke dlam mulut? Kata-kata apa sajakah yang telah keluar dari lisan ini? Senja bergetar mengingat semua lalulintas yang keluar-masuk dari mulutnya. Lalu, apa pula yang telah kucium dengan kedua lubang hidung ini? Apakah aku mencium semata hal-halyang baik? Apakah aku juga mencium hal-hal yang tak layak dicium seperti perbuatan aib, membuat malu, atau mencium ketidakadilan di sekeliling? Senja menghela nafas seakan ingin memeriksa warna udara yang diciumnya.

Lalu apakah yang telah kudengar? Apakah lantunan ayat-ayat yang penuh nasihat keselamatan? Apakah telingaku ini hanya mendengar lagu-lagu duniawi yang lebih mengungkapkan kecengengan? Apakah telinga ini sanggup mendengarkan kebenaran dan menjauhkan dari gosip dan isue mufrahan? Senja meraba lubang di telinganya, ternyata lubang telinganya penuh dengan kotoran. Debu-debu waktu, noktah,dan suara-suara minor memenuhi lubang telinganya.Senja bergetar, lalu lidahnya mengucap "Allahu Akbar, ampunilah lubang telingaku".

Senja kian bergetar saat mengingat riwayat syahwat yang sering berloncatan di lubang kemaluannya. Senja kian bergetar saat sembilan lubang dalam dirinya melaporkan aneka kejadian dan peristiwa yang dialaminya. Senja menjerit dan melengkingkan keresahannya "Ya,Allah, sebelum aku memasuki liang lahat, tolong bersihkanlah setiap lubang di dalam diriku."

Senja meninggalkan beranda. Menutup buku. Ia bergegas memasuki pintu kamarnya. Ia buka pintu kamar mandi. Ia buka baju dan segala pakaian yang melekat di tubuhnya. Ia lalu mandi. Ia gosok semua kotoran di setiap lubang. Ia lalu bergegas sembahyang. Pasrah. Menyerahkan kediriannya di hadapan Allah.