Senin, 16 Mei 2011

KOLEKSI FIKSIMINI DAM

Cerita Satu:  SI KOKOK


Barangkali lelaki dan ayam jago itu sama-sama sudah gila. Si Kokok, ayam jago itu tetap diam. Matanya merem-melek. Tentu saja lelaki itu tak lagi mengelus-elus kepala ayam jago itu, melainkan memukulnya, "Hayo Ko, Persaingan dan kompetisi semakin dekat."

 Si Kokok membuka paruhnya yang berwarna kuning, “ke-ok….” Lelaki itu lantas berdiri dan lantang berujar, "Kamu jangan mengejekku dengan suara yang paling kubenci. Ke-ok. Apa itu ke-ok?"

"Keooooooooooooooooook". Terdengar jerit si Kokok panjang. Lelaki itu berteriak-teriak sembari berlari. Entah dari mana lelakiitu mengenal sepenggal baris puisi Chairil Anwar: sekali berarti, sudah itu mati ***

Mei, 2011

Cerita Dua: PERCAKAPAN DIAM 

“Yessi, kenapa raut wajahmu pucat lesi?”

Yessi diam. Dam diam.

Diam-diam mata Yessi mengerjap serupa kejora. Kusentuh anak rambut yang berjuntai pada pelipisnya.
Aroma harum menyergap pelahan. Lembut dan nyaman. Dam damai.


April 2011


Cerita Tiga:  PERI YANG PERIH

Seorang peri sedang demam influenza berat. Ia terkapar di atas ranjang meminta dikisahkan kisah-kasih binatang. Kisah dimulai di kebun binatang. Ada sepasang kekasih terpikat melihat seekor ular melilit sebatang dahan. Si wanita berpikir "alangkah indahnya kulit ular itu untuk tas dan sepatu." Lelaki itu seakan bisa membaca pikiran kekasihnya, lalu bergegas menarik tangan kekasihnya meninggalkan tempat terkutuk itu. Lelaki itu kembali teringat dongengan tentang ular yang mlilit sebatang pohon dan merayu Hawa untuk memakan buah terlarang itu.

Mei 2011

Cerita Empat: DIALOG SEPASANG GORILLA

Sepasang gorila bercengkerama di dalam kerangkeng. Mereka membicarakan  sepasang remaja yang berkasih-kasihan di depan kandang, "Aku malu" kata gorilla lelaki pada pasangannya. "Kenapa besar kemaluanmu,kanda?" Gorila jantan tersenyum, lalu menjawab "Lihatlah remaja masa kini, duduk ngangkang sembarangan, tidak pakai celana dalam lagi." Gorila betina itu lalu uring-uringan "Dasar lelaki mata keranjang, sukanya memandang sesuatu yang bukan miliknya. Au malu kanda."

Cerita Lima:  CANDA BUAYA (BUKAN JANDA)

Sepasang buaya asyik bercanda di dekat kolam. Mereka terusik oleh ulah manusia yang berpura-pura manja, merajuk, meneteskan air mata hanya untuk mendapatkan perhatian berlebih. Kata buaya betina, "Aku letih!" Buaya jantan lalu bertanya, "Kenapa sayangku, kenapa letih?" dan dijawab buaya betina, "Lihatlah, kelakuan wanita muda itu. Pura-pura menangis dan meminta dibuatkan tas dan sepatu dari kulit buaya".


April 2011


Cerita enam: CATATAN DI BUKU HARIAN DAM

Pukul 20.51 WIB
Dia Amat Murka. Setelah lelah ibadah, lidah terasa terbelah. Engkau pun duduk lungkrah. Muntah-muntah. "Ah, sepertinya aku hamil muda, tetapi siapakah bapak biologisnya?" Tentu saja Dia Amat Murka.

Pukul 20:57 WIB
Pada lembar terakhir diary kutulis selarik puisi: pada bayang malam kumenemu pualam, di cahaya mata itu lalu kutulis pada Diary Ambang Malam. Berkali-kali kukatakan, "diamlah, damai akan bersemi"
Aku diam. Engkau diam. Diam-diam kita saling pandang dan rasa damai pun bersemi.

Sebuah tembang menyusup dada di ambang petang, "Angin Mamiri kupasang..." Lalu kembali aku terkenang saat perahu phinisi melancar di atas riak dan ombak. Masih jelas terdengar suaramu serak " Abang, lautan akan mengasuhmu sepenuh gelombang. Jangan lupa daratan ya abang..."  Kini, saat sendiri, kembali kupandangi Diorama Angin Mamiri lengkap dengan ilustrasi kapal phinisi.


April 2011



Cerita tujuh: DARI DOR SAMPAI TERROR

Anak-anak di kelas itu ditugasi oleh gurunya untuk mengumpulkan kata yang bersuku kata "or". Kata-kata itu lalu disusun dalam untaian kalimat sederhana yang dideretkan dan ditulis di papan tulis dari atas ke bawah. Ini kalimat biasa, dan jangan pernah memahami dan memaknai sebagai puisi, meski bentuk penampilannya serupa puisi. Inilah kalimat yang ditulis oleh para  siswa:

dor seorang penjahat menembakkan senjata rakitan
ledakan itu tidak jauh dari sumur bor
getarannya membuat genteng rumah bocor
orang-orang berlarian hanya mengenakan kolor yang kotor
hei, siapa yang teriak berantas koruptor?

daripada error, lebih enak makan mie celor
setelah kenyang biasanya orang-orang lantas molor
remaja hilir mudik mengendarai motor

buruh harian sering menerima honor di hari satu
kontraktor kerjanya hilir-mudik seperti traktor
tahukah tempat motivator kesohor?
sssst, di negeri ini amat banyak terror

Begitulah, ya, begitulah

April 2011

Cerita Delapan: GENANG KENANGAN

GARIS HIDUPKU semula serupa lukisan abstrak, lalu naturalis, realis, dan kini lebih mengarah ke surealis. Semua garis hidupku tampak memanjang dari sebuah kelahiran di ranjang rumah sakit umum yang layanannya tak pernah sempurna, lalu garis itu memanjang ke tengah nuansa alam, menerobos hiruk-pikuk kota besar, menyeberang lautan, dan kemudian melingkar-putar kembali ke haribaan Ilahi.  Tentu kalian tahu semua itu terbaca pada jejak kakiku. Ingatlah. Kenangan bagaimana kita bersua dengan aneka suara dan rupa.Saat itu menjelang fajar ketika mentari masih malu-malu mengintip genit dibalik awan, masih tersisa senyuman rembulan seolah menggoda dengan pendaran cahayanya. Aku merebahkan tubuh setelah letih bergumul dengan mimpi yang selalu sama. Angin sejuk dari kipas angin di ujung ranjang menyelinap di antara jemari kakiku tidak mampu menyejukkan panasnya hati ketika tiba-tiba potongan peristiwa itu terlintas begitu saja di sudut kenanganku.

April, 2011


Cerita Sembilan: KATAKAN DENGAN BUNGA

Aku duduk di beranda. Saat itu kulihat matamu mengerjap serupa matahari di bibir cakrawala. Ada binar keharuan. Ada rindu kebiru-biruan. Saat  itu engkau duduk di sandaran sofa. Di tanganmu yang terbuka sebuah buku puisi "Romantika Senja". Bibirmu sedikit tergetar saat baris-baris puitis menyergap:

katakan dengan bunga pada insaninsan melupa
sapa dan sapu debu di setiap lubang porinya..."

Di dalam hati aku bertekad akan selalu mengatakan segalanya dengan bahasa bunga. Indah. Merekahkan makna yang penting sebagai acuan bagi hidup dan kehidupan. Kubulatkan tekad, aku akan menyebarkan virus cinta bagi sesama sebagai sebentuk pengabdianku selaku manusia yang memasuki usia senja; telah kusiapkan diriku melakukan serangkaian perjalanan menuju ke keabadian; telah kulipat segala hasrat bercumbu, selain hanya mencium harum kelopak bunga-Nya. Telah kupersiapkan bekal, peta penunjuk arah, kompas, dan ujung jalan. Kusadari lorong perjalanan ini akan menemu banyak jalan simpang, dan rambu-rambu penghalang. Telah kubulatkan tekad dan semangatku untuk berjihad melawan segala yang mendatangkan kemiskinan dan kebatilan. Aku akan menyapa dan menyapu debu yang lekat di setiap pori-pori waktu.

Mei, 2011

Cerita Sepuluh: BUTIR MUTIARA

Pikiranku lalu menerawang berusaha keras memahami butir-butir mutiara yang berkilau dan teruntai menjadi kata-kata yang membuatnya terpesona "hakikat hidup berawal dari lubang dan kelak kembalike liang". Ya, sesederhana itukah hidup? Bukankah urusan hidup itu penuh karut-marut dan keruwetan masalah? Sering datang satu masalah, belum selesai, telah disusul masalah lain yang meminta diselesaikan? Bukankah persoalan kehidupan manusia itu sangat rumit? Terkadang manusia terhimpit oleh berbagai persoalan? Benarkah hakikat hidup itu berawal dari lubang dan pada akhirnya kembali ke liang?  Di dalam diri manusia hakikatnya ada sembilan lubang yang harus dan nyata-nyata dipelihara. Pernahkah kalian menghitung sembilan lubang yang terdapat dan melekat dalam tubuh manusia? Urusan hidup ialah urusan memenuhi lubang-lubang itu: satu lubang pada mulut, dua lubang pada mata, dua lubang pada hidung, dua lubang pada telinga, satu lubang pada kemaluan, satu lubang pada anus.

Mei, 2011

Cerita Sebelas: JERAT MASA SILAM

Aku harus meyakini bahwa aku harus mampu keluar dari jerat masa silam ini, bayang itu harus menjadi visual yang tak perlu aku genggam terus biar langkah ke depan benar-benar bercahaya tanpa gerhana, tanpa siluet yang menjadikan aku kian terbenam dalam kubang nestapa yang tak terperikan. Dan aku harus memulainya dari sekarang, genang kenangan itu biarlah menjadi muara akhir dari sepenggal perjalanan. Aku harus lebih kuat dari seluruh peristiwa, karena hakikatnya, hidup adalah perjalanan panjang yang hanya dapat ditaklukkan dengan kekuatan jiwa yang utuh.

2011
                                                     
Cerita Duabelas: KORUPTOR SENI


Aku rintis jalan lain dengan membangun sanggar seni yang kuberi nama Galery Art Painting And Shop (PAPAS). Aku berhasil mengoleksi dan menghimpun aneka ragam karya seni dari seniman dunia, merasa bangga memiliki cita rasa tinggi, selalu senang hati saat diminta untuk memberikan sambutan pembukaan pameran seni atau bazaar seni. Selalu menebarkan senyum bagi pemburu koleksi karya seni. Tetapi, hiks, sesungguhnya aku merasa kesepian yang amat sangat. Kesepian yang menggelisahkan batinku. Aku ingin berkarya, menghasilkan apa saja. Tetapi aku tidak bisa. Suatu ketika, kedua tangan ini diborgol dan akhirnya aku benar-benar hidup dalam penjara yang gelap.

Mei, 2011